Minhajul Muna, Membangun Desa Di Pelosok Gunung Melalui Pendidikan

“Pendidikan adalah senjata paling ampuh di dunia, karena dengan pendidikan, kamu dapat mengubah dunia” – Nelson Mandela.

Jam 6 pagi, kabut menyambut deru motor saya, hawa dingin menusuk ke dalam jaket mencoba mendinginkan suhu tubuh saya yang berkeringat karena lelah mengendalikan laju motor di atas medan jalanan yang cukup esktrim ini.

Dari aplikasi peta di hape, menunjukkan saya baru menempuh 3kilometer dari pinggir aspal Jalan Raya Ponorogo – Trenggalek, dan masih harus menempun 3,3Km lagi. Jalannya rabat beton kanan-kiri dengan kondisi rusak, di beberapa ruas, tinggal tanah liat yang licin dan ada juga cor beton yang sudah tergerus arus air menyebakan lubang dan tersisa bebatuan tanpa semen yang licin.

Sempat terbersit niat untuk putar balik saja, “apa mungkin ada lembaga pendidikan di tempat seterpencil ini, lembaga swasta pula!. Foto tentang megahnya gedung lembaga itu pasti editan, enggak mungkin ada truk yang bisa lewat jalan ini,” gumamku dalam hati.

Motor saya hentikan di sebuah balai kayu di bawah pohon cengkeh yang masih tersisa di Ngrayun. Dilihat fisiknya, pohon ini tidak sehat, dedaunya tidak rimbun sehingga tak mampu menaungi balai bambu dibawahnya. Sudah jalan hampir satu jam sejak keluar dari jalan aspal, tapi kok masih jauh juga.
“Sudah sejauh ini, malu kalau sampai menyerah, putar balik,” otakku berteriak.

Berhenti sejenak di sebuah balai di bawah pohon cengkih yang pernah berjaya jadi sandaran ekonomi warga Ngrayun.

Dulu tersesat lalu cinta tertambat pada Desa ini
Antara tahun 2010 sampai 2017 saya sering berpergian ke Ngrayun. Bermula di tahun 2010 saat pertama kali bisa membeli sepeda motor dengan hasil usaha sendiri, saya mencoba turing dari Ponorogo ke Pacitan. Tapi sesampainya di pertigaan Slahung, yang seharusnya belok ke kanan jika ingin ke Pacitan saya malah lurus saja. Begitu sampai di pertigaan Mrayan, saya baru sadar jika salah arah bukan ke Pacitan tapi ke Ngrayun. Bukan pantai yang saya dapatkan tapi daerah pegunungan dengan hutan pinus yang dingin dan sejuk.

Terlanjur basah, mandi sekalian. Makin jauh menjelajahi Ngrayun makin terpesona dengan alamnya yang indah. Hawanya yang dingin, masih asri alami dengan keramahan warganya, membuat Ngrayun jadi rute favorit berkendara di hari minggu, bahasa gaulnya sunmori.

Selain alam, saya juga menemukan harta karun, yaitu minyak asiri yang disuling dari daun cengkih. Berawal iseng mengupload di marketplace, ternyata banyak pesanan datang dari luar kota.

Jadilah menyelam sambil minum air, jalan-jalan sambil belanja minyak asiri untuk dijual lagi, hampir tiap bulan.

Ekonomi Ngrayun Jatuh Terhempas Virus Cengkih
Sampai tahun 2016, desa-desa di kecamatan Ngrayun adalah penghasil cengkih. Saat panen, rata-rata tiap rumah warga di Desa Ngrayun bisa mendapat 1 kuintal biji cengkeh. Jumlah yang sangat besar jika diuangkan, karena satu kilo cengkeh bisa diharga 100.000 rupiah.

Cengkih adalah sandaran ekonomi bagi sebagian besar warga di Ngrayun, yang bisa disambati kapanpun. Bijinya dipanen tiap musim dan daun-daunya tiap minggu dijual untuk bahan baku penyulingan minyak asiri.

Badai menerpa Ngrayun tahun 2016. Penyakit bakteri batang menyerang semua tanaman cengkih, daunya tiba-tiba mengering, batangnya patah satu persatu, lalu pokok pohonya meranggas tumbang tak tersisa. Akhir tahun 2017 pohon cengkeh menjadi langka di Ngrayun, masih ada beberapa yang tersisa, tapi daunya tak subur lagi dan tak bisa berbuah lebat lagi.

Warga yang mencoba menanam cengkih juga gagal. Setiap bibit pohon cengkih yang ditanam di bumi Ngrayun, selalu mati diserang penyakit yang sama. Cengkih yang dulu ada di setiap depan rumah, di ladang, di pekarangan, sekarang susah hidup di Ngrayun, tak ada lagi komoditas pertanian yang bisa dijadikan sandaran ekonomi itu. Mengharap hasil tanam padi di sawah juga susah, karena sumber air sangat terbatas hanya mengandalkan tadah hujan.

Terdampak Pandemi lalu terjatuh lagi karena harga porang.
Memasuki tahun 2019, tanaman Porang yang sedang booming muncul dan membawa harapan baru bagi warga Ngrayun. Tanah ladang pekarangan yang selama ini banyak yang bero (bahasa jawa: menganggur karena tidak ditanami) mulai dicangkul lagi untuk ditanami bibit porang. Harga bibitnya pun tidak murah saat itu, satu kilogram bibit dihargai sampai 100ribu, beruntung ada bantuan bibit gratis dari program Desa Sejahtera Astra.

Memasuki tahun 2020, pandemi melanda. Seiring banyaknya pembatasan pergerakan masyarakat yang diterapkan pemerintah dengan berbagai istilah, untuk menghentikan penyebaran virus, juga mempengaruhi aktivitas ekonomi di Ngrayun, selain terhambatnya penjualan hasil pertanian dan perkebunan, tempat-tempat wisata di Ngrayun juga lumpuh seperti Air Terjun Selur, Watu Semaur, Bukit Tumpak dan Sungai Ngrayun.

Tahun 2021 setelah panen sekali menikmati indahnya harga porang yang mahal, sekali lagi warga Ngrayun terhempas jatuh, karena harga porang turun terjun bebas dari 20.000 per kilogram ke angka 2.000rupiah saja per kilogram.

Mata pencaharian utama warga adalah hasil tanam umbi-umbian, tampak temu lawak dan umbi porang di dalam karung. Foto:Pribadi

“tiin tiinn,” suara klakson dari sepeda motor Honda Win menyadarkanku dari lelah.

“Mau kemana mas?,” tanya pengendaranya dengan ramah.

“ke Minhajul Muna,” jawabku.

“Monggo sareng kulo mawon, searah kaleh kulo,” jawabnya ramah dalam bahasa Jawa.
(Silahkan ikuti saya saja, saya juga ke arah sana)

“Siap mas,” kataku dengan sumringah karena sudah sadar, bahwa ini Ngrayun, malu kalau harus menyerah atau mengeluh karena kondisi jalan yang jelek ini.

“This is Ngrayun” teriak otakku menirukan Raja Leonidas dalam film 300 saat menendang diplomat raja Persia yang membujuknya untuk menyerah.

Minhajul Muna si Roadmap Untuk Membangun Di Pelosok Gunung
Setelah hampir setengah jam mengekor pengendara Honda Win, kami berhenti di SDN Ngrayun 03. Dengan ramah beliau berkata,

“Saya sampai di sini mas, saya ngajar olahraga di sini. Kalau Minhajul Muna, jenengan (anda) lurus saja 300 meter, nanti pas di pertigaan sudah kelihatan gedungnya lantai 2.”

“Nggih, matur nuwun mas,” jawabku.
(Siap, terima kasih mas)

Minhajul Muna dalam bahasa Indonesia berarti peta jalan atau roadmap dalam bahasa Inggrisnya. Alamat lembaga ini berada di Dusun Sambi, Desa Ngrayun, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo. Desa Ngrayun ini sangat luas, luasnya setara dengan luas dua desa biasa. Berjarak 34 KM arah selatan dari kota Ponorogo. 

Program Desa Sejahtera Astra (DSA) di Desa Ngrayun berkerja sama dengan lembaga ini sejak tahun 2019. Pada awal mula program DSA, Astra memberikan bantuan modal dalam bentuk bibit porang. Bibit porang itu kemudian dibagikan secara gratis kepada 35 mitra lembaga ini yang terdiri dari masyarakat, petani, dan sebagian lagi guru di lembaga tersebut.

Lembaga ini menyelenggarakan tiga tingkat pendidikan, Taman Kanak-Kanan (TK) Madrasah Tsanawiyah (SLTP) dan Madrasah Aliyah (SLTA). Didirikan sejak tahun 1992 oleh Bapak Aminudin. Pada tahun 2021 karena adanya kebiasaan baru akibat pandemi, para siswa diharuskan menginap di asrama sehingga “sah” disebut pesantren.

Akhirnya saya tiba di pertigaan jalan, sesuai petunjuk Pak Guru tadi, tampak Gedung bangunanya terasa megah dengan dua lantai berhadapan dengan gedung lainya. Inilah bangunan paling megah yang saya temui selama perjalanan selepas jalan beraspal tadi. 

Tampak lembaga Pendidikan Minhajul Muna, dengan gedungnya di atas bukit. 

Setelah mengutarakan maksud, niat dan tujuan ke seorang siswa yang sedang belajar. Ternyata saya sudah ditunggu oleh Bapak Aminudin, pendiri sekaligus pimpinan lembaga ini, yang akrab dipanggil Pak Amin.

“Sama mas, dulu orang Astra ketika kemari mengantarkan program Desa Sejahtera Astra juga sempat mengeluh dalam perjalanan dan tidak percaya ada lembaga kami di sini,” kata Pak Amin setelah kami membuka obrolan di pagi itu.

“Maaf pak, izin bertanya, ini gedungkan dibangun pakai bahan material yang cukup banyak, apa bisa truk muatan sampai ke sini? jika lewat jalan yang saya lalui tadi enggak mungkin rasanya?,” tanya saya.

Beliau tersenyum sebelum menjawab, “Gedung ini mulai dibangun tahun 1998, jalanya lebih parah dari sekarang, jadi dulu barang-barang material diturunkan di pinggir jalan raya aspal, lalu warga sekitar sini termasuk ibu-ibu, membantu mengangkutinya berjalan kaki sejauh 6KM. Ada yang bawa semen, besi, bata, kayu dan lain-lain,”.

Adanya Minhajul Muna telah menjadi tempat warga menggantungkan cita-cita agar anak-anaknya mendapat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga. Satu-satunya sekolah tingkat SLTP dan SLTA yang dekat, sekolah lainya berjarak lebih dari 10KM.

Saya berfoto bersama Pak Amin, Pak Karno dan seorang guru di Minhajul Muna.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan warga yang berada di sekitar lembaga ini cukup tinggi. Hampir semua pemudanya menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi setelah tamat Madrasah Aliyah (SLTA) di Minhajul Muna.

Kaderisasi Pendidikan Bagi Kelangsungan dan Keberlanjutan Visi
“Jika saya nanti sudah tiada, semangat Minhajul Muna harus terus lanjut,” kata Pak Amin.

Estafet tekad dan semangat harus diwariskan agar pembangunan bisa berkelanjutan. Salah satu program penting dari Minhajul Muna demi menjaga asa cita-cita kemajuan Desa Ngrayun adalah dengan kaderisasi.

Siswa-siswi yang punya potensi akan “dititipkan” ke pengusaha atau tokoh agama di jawa timur yang bersimpati dengan perjuangan warga desa Ngrayun, bekerja sembari tetap kuliah S1. Dari program ini bisa meringankan biaya kuliah dan menambah pengalaman kerja.

“Saya sudah mengkader lebih dari 40 anak, ada yang sukses ada yang tidak. Ada yang mau kembali ke Sambi dan ada yang memilih tetap berkarir di luar sana, ya enggak apa-apa,” kata Pak Amin.

“Yang penting, mereka harus ingat dan siap untuk selalu turut serta membangun Sambi ini,” kata beliau.

Salah satu murid sekaligus kadernya yang kembali pulang adalah Pak Sukarno. Setelah menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Darussalam Ponorogo dan sempat menjadi guru di sekolah swasta ternama, beliau memilih pulang ketika dipanggil kembali pulang ke Ngrayun oleh Pak Amin. Kolaborasi keduanya membuat Minhajul Muna berlari cepat untuk mewujudkan kemajuan di dusun yang berada di pelosok Ngrayun ini.

Pak Amin sudah tidak muda lagi, sekarang lebih banyak mengurusi proses pendidikan dan pengajaran di Minhajul Muna. Sedangkan pemberdayaan masyakarat dikelola kadernya yang lebih muda, yaitu Karno, panggilan akrab Sukarno.

Pak Amin (kiri) dan Pak Karno (Kanan) saat menjamu kami, kolaborasi dua insan beda generasi yang saling mengisi untuk kemajuan lembaga dan desa.
Foto: dok. pribadi

Buah dari kaderasi pendidikan adalah Pemekaran Desa
Salah satu hasil nyata perjuangan para pemuda dusun Sambi adalah pemekaran dusun dan desa. Januari 2019, dusun Sambi dipecah menjadi dua menjadi Dusun Sambi dan Dusun Ganen. Lalu tahun 2023 nanti, sedang diperjuangkan wilayah desa Ngrayun yang sangat luas, bisa dipecah menjadi dua desa, yaitu Desa Ngrayun dan Desa Sambi.  Tujuanya untuk mempersempit wilayah agar pembangunan infrastruktur lebih efiesen. Masing-masing desa mempunyai Anggaran Dana Desa (ADD) sendiri sehingga meringankan dalam upaya pembangunan terutama jalan.

Perjuangan ini adalah termasuk buah keberhasilan proses pengkaderan pemuda-pemudi Ngrayun di dunia pendidikan. Sinergi para pemuda yang masih kuliah, yang sudah bekerja di pemerintahan, yang aktif dalam organisasi kemasyarakatan dan politik, melalui lobi politik dan birokrasi sukses menjalankan lobi-lobi untuk mengegolkan pemekaran desa Ngrayun. 

Pak Karno aktif terjun langsung ke warga mensosialisasikan arah dan tujuan pembangunan.
Gambar: dok.pribadi

Arah pembangunan bersama program Desa Sejahtera Astra
Program Desa Sejahtera Astra di Desa Ngrayun dimulai sejak 2019, dengan komoditas pertama kali yang dikembangkan adalah porang. Sempat menikmati indahnya harga jual porang, tapi kemudian bersama-sama merasakan jatuh, karena harga porang turun drastis hingga 2000 rupiah saja per kilogram dari harga 20.000 rupiah per kilogram.

Namun Pak Karno bersama Astra tidak patah arang, kemudian menyusun lagi rencana pemberdayaan dengan strategi berbeda. Kali ini tidak menggantungkan pada satu jenis varietas tanaman sebagai produk unggulan, tapi juga melebarkan bidang pemberdayaan ke tiga hal lainya, yaitu Peternakan, Kesenian dan UMKM.

Untuk pertanian, berbekal hasil riset dari tim Astra, mereka menambahkan temu lawak sebagai komoditas unggulan.

Paska pandemi covid melanda, permintaan pada tanaman satu ini meningkat seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat pada obat herbal untuk meningkatkan imunitas badan.

Temu lawak adalah tanaman asli Indonesia khususnya pulau Jawa. Melalui bantuan riset dari tim Astra telah diidentifikasi 3 jenis temu lawak yang tumbuh di Sambi dan bisa jadi produk unggulan. Ketiganya yaitu Temu poh, Temu batok, dan Temu ireng.

Temu lawak harganya stabil dan permintaan pasar yang juga konsisten dari industri farmasi dan pabrik jamu sebagai bahan baku obat dan jamu. Harapanya ke depan, temu lawak bisa dijual dalam bentuk produk olahan seperti minuman dalam botol, serbuk instan dan sejenisnya.

Menuju Wisata Edukasi Dukuh Ganen
Berkat masukan, pelatihan dan bimibingan dari tim ahli dari Astra, terlihat ada potensi lain selain pertanian yang bisa dikembangkan yaitu Desa Wisata Edukasi dengan empat pilar, yaitu Peternakan, Pertanian, Kesenian dan UMKM. Bukan wisata pada umumnya, tapi menyasar pada pasar ceruk atau niche market.

Pemandangan indah dari salah satu gazebo di dusun Ganen

Yang dibidik untuk dikembangkan menjadi desa Wisata adalah Dusun/Dukuh Ganen. Konsep yang diusung bukan tempat wisata yang glamor, yang berharap ramai pengunjung atau tempat yang mewah ataupun fasilitas yang megah. Wisatawan yang datang diharapkan mengalami bertambahnya pengetahuan, ketrampilan, ketenangan batin, kemasyarakatan, kerohanian dan tentunya suasana alam dengan udara yang sejuk segar. Yang dibidik bukan pada kuantitas kunjungan wisatawan, tapi kualitas yang dirasakan wisatawan dan muaranya pada revisit (kunjungan ulang). 

“Bukan 500 wisatawan dalam satu hari yang kami inginkan, tapi kami lebih suka ada 100 wisatawan yang setiap tahun main ke Ganen 3 kali,” kata Pak Karno soal target market wisatawan

Untuk mendukung konsep wisata ini, Pak Karno dan kelompok tani porang yang dibantu DSA, menyisihkan dana saat hasil penjualan porang ketika mahal dulu untuk membangun Gazebo di 7 titik di dukuh/dusun Ganen. Gazebo ini dilengkapi dengan taman dan jaringan internet wifi gratis. Total ada tujuh gazebo yang didirkan oleh Pak Karno bersama warga.

Bagi yang hobi adventure atau bermotor, gardu atau gazebo ini bisa digunakan untuk menginap, bisa langsung tidur beralas tikar atau menggunakan sleeping bag atau dengan mendirikan tenda dome, pasti sangat menyenangkan. Menikmati malam, lalu dibangunkan pagi dengan kicau merdu burung dan alam pasti sangat menyenangkan.

Ditambah lagi tahun depan, 2023, akan dibuka Balai Latihan Kerja (BLK) dibawah naungan Kementrian ketenagakerjaan, akan semakin melengkapi fasilitas edukasi di dusun Sambi. Peserta dari luar daerah bisa intens belajar di BLK dengan suasana sejuk pegunungan, praktek langsung dengan alam yang indah tanpa takut terputus dengan dunia luar karena internet bisa mudah diakses dimana aja.

Infrastruktur teknologi sangat diperhatikan, selama saya di Sambi, setiap pos kampling, warung makan, sekolah sampai tempat ibadah menyediakan jaringan internet gratis yang cepat dengan password yang sama. Walau enggak ada sinyal seluler, mudah menemukan koneksi wifi.

Sangat cocok untuk menyepi bagi para “nomaden worker” atau pekerja kreatif digital seperti blogger, vlogger, content creator dll, yang bisa bekerja dimanapun asalkan ada sambungan internet yg cepat. Suasana dukuh Ganen yang tenang, udara yang sejuk, alam yang indah ditopang dengan jaringan internet yang cepat akan lebih mudah menuangkan ide-ide. Ganen juga sangat cocok dijadikan lokasi pengambilan gambar video.

Menikmati Nasi Rawon di sebuah warung.

Ganen juga pasti pas untuk tujuan turing naik motor atau sunmori. Sekedar jalan-jalan lalu mampir ke warung kopi, menikmati soto khas wilayah selatan Ponorogo yang kuahnya bersantan atau Rawon yang pastinya sedap mantap karena Ngrayun adalah sentra buah kluwak, bumbu utama rawon.

Penutup.
Sungai Ngrayun adalah habitat alami ikan Sidat Raksasa yang langka. Ikan-ikan sidat ini unik, berdasarkan jurnal ilmiah, ikan sidat menetas, lalu tumbuh dewasa, lalu bertelur di samudera hindia di selatan Jawa, setelah bertelur ikan sidat akan bermigrasi dari laut ke sungai Ngrayun dengan menempuh jarak ribuan kilometer yang penuh rintangan dan tantangan.

Foto sungai Ngrayun dan dokumentasi warga yang sedang memberi makan ikan sidat liar di sungai Ngrayun. Foto: dok.pribadi dan FB Setenpo

Di beberapa tempat, ikan-ikan sidat yang berukuran besar ini sangat jinak. Bisa dipanggil dengan memberi makan. Sampai sekarang masih ada keyakinan yang melarang warga untuk memancing atau memakan ikan Sidat.

Itulah Ngrayun, alamnya, penghuni dan manusianya penuh dengan kisah nyata perjuangan. Setiap jatuh selalu bangkit untuk terus berjuang sampai berhasil.

Jika saat ini anda merasa tidak semangat, sumpek, gundah gelisah atau dikejar debt collector, cobalah berwisata ke dusun Ganen, Desa Ngrayun, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo ini. Wisata alternatif yang benar-benar “healing”, menyepikan diri dari hiruk pikuk dunia perkotaan, kembali ke alam.

Sekian, semoga bermanfaat.

Berikut beberapa Vlog saya tetang keindahan dan semangat para pelajar menempuh pendidikan.

Vlog saya tahun 2018 saat gowes jelajah Ngrayun bersama teman-teman klub sepeda di Ponorogo diantaranya, Warock Pancal Pedal, Gowes Sore Santai, Wakoka Adventure.

Vlog tahun 2018 tentang semangat belajar anak SMP PGRI Selur Ngrayun Ponorogo

Posting Komentar untuk "Minhajul Muna, Membangun Desa Di Pelosok Gunung Melalui Pendidikan"